KISAH YANG MENGANDUNG PESAN MORAL :
1. KISAH KURA- KURA TERBANG
Di sebuah danau yang permai dan jernih airnya, tinggallah seekor kura-kura. Kura-kura itu bersahabat dengan dua ekor angsa laki bini bernama Cakrangga dan Cakranggi. Persahabatan mereka telah lama dibina. Suatu ketika di musim kemarau, saat air danau mulai berkurang, Cakrangga dan Cakranggi minta diri pada sahabatnya itu untuk mengungsi ke sebuah telaga di Gunung Himawan. Air di telaga itu tidak pernah kering walau pada musim kemarau sekali pun. Sekali ini kura-kura rupanya ingin turut mengungsi. Katanya: "Bawalah aku serta. Di sini aku akan sengsara karena kurang air." Masalahnya adalah bagaimana cara kedua angsa itu membawa si kura-kura. Akhirnya mereka mengusulkan agar kura-kura menggigit sepotong kayu dan kedua angsa itu akan mencengkeram kedua ujung kayu sambil terbang. Ada satu pesan dari angsa yang harus diingat dan ditaati kura-kura selama perjalanan nanti. "Kami akan membawa terbang dirimu, kura-kura, dan kamu harus memagut kuat-kuat batang kayu itu. Ingat, janganlah berbicara apa pun. Jika ada yang menegur janganlah dijawab," demikian pesan Cakrangga dan Cakranggi.
Segeralah mereka terbang. Kura-kura merasa kagum pada keindahan alam yang dilihatnya dari atas. Tak terasa sampailah mereka di atas sebuah ladang yang bernama Wilanggala. Di ladang itu ada dua ekor anjing jantan dan betina yang sedang bermain. Ketika mereka menengadah, tampaklah sesuatu yang ganjil, yaitu seekor kura-kura yang bergelayutan pada sepotong kayu yang sedang dibawa terbang oleh dua ekor angsa. Maka berkatalah anjing betina: "Hai, lihatlah! Ada kura-kura dibawa terbang oleh dua ekor angsa!" Menjawablah si anjing jantan: "Aneh, ya! Tampaknya ada kura-kura tolol sedang belajar terbang pada angsa. Mungkin itu bukan kura-kura, tapi kotoran kerbau kering yang berisi cacing untuk makanan anak-anak angsa." Marahlah si kura-kura mendengar percakapan kedua anjing itu. Mulutnya mulai berdenyut-denyut menahan amarah. Karena gusarnya ia tidak ingat lagi pesan angsa sahabatnya. Ia ingin menjawab ejekan itu dan dibukalah mulutnya untuk berbicara. Akibatnya bisa diduga. Tubuh gemuk si kura-kura melayang jatuh berdebam di tanah. Kedua anjing itu segera melompat memburu si kura-kura. Keduanya makan besar menikmati daging kura-kura.
Kira-kira pesan moral apakah yang ingin disampaikan dari kisah tersebut di atas..............???????
Cocokkan Jawaban anda di sini :
KLIK DI SINI UTK MENCOCOKAN JAWABAN ANDA (Kode KKT1)
DHARMA DUTTA
Selasa, 25 Maret 2014
Minggu, 23 Maret 2014
KALENDER SAKA BALI
PENDAHULUAN
Sejak ribuan tahun yang silam Kalender telah diciptakan oleh para
Penciptanya, sesuai dengan pola atau sistematika yang melandasinya. Hal ini
terkait dengan makna dari penggunaan kalender itu, yang merupakan sarana untuk
mengetahui jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan para pemakainya,yang umumnya
dikenal dengan istilah “hari-baik” atau secara khusus di Bali dikenal dengan
istilah “ala ayuning dina” atau “dewasa – ayu”, lebih utama lagi adalah
keterkaitan dengan upacara – upacara ke-agamaan yang di selenggarakan oleh
umat.
Masing – masing Kalender
memiliki pola atau sistematikanya tersendiri disamping juga memiliki
keistimewaan – keistimewaan dalam penterapannya. Dan apabila diperhatikan
secara cermat, pola atau sistematikanya suatu Kalender secara garis besar
mengandung tiga unsur pokok sebagai tolak ukur Kalender , yaitu :
1.
Unsur matematis : unsur matematis yang dipakai dasar perhitungan dalam menentukan umur
hari, umur bulan, umur tahun
2.
Unsur sistematis : unsur sistematis yang melandasi penentuan
hari-bulan-tahun serta penetapan Tahun Baru nya
3.
Unsur geografis : unsur posisi tempat/daerah serta keadaan alam yang terkait dengan
hari-bulan-tahunnya.
Dengan tiga unsur inilah dapat dipakai tolak ukur
mengkaji keakuratan suatu Kalender, sehingga Kalender itu menjadi patent. Dari
unsur sistematis, dikaji perhitungan Tahunnya, dari unsur sistematis, dikaji
perhitungan Bulannya, serta dari unsur geografisnya dikaji penetapan
tutup/pergantian tahunnya.
POLA UMUM KALENDER
Apabila
diperhatikan, terdapat lima sistem Tahun yang melandasi suatu sistematika
Kalender antara lain :
1. TAHUN –
SURYA ( SOLAR SISTEM )
Pola Kalender yang berpedoman dengan jangka – waktu peredaran Bumi
mengelilingi matahari, yang dinyatakan satu tahun, disebut satu tahun-surya.
Umur tahunnya :365 hari, 48 menit, 46 detik ( 365,22 ) hari.
Ini dipakai oleh Kaelender Masehi, Kalender
Pranatamasa.
2.
TAHUN – CANDRA ( LUNAR SISTEM )
Pola kalender yang berpedoman dengan
jangka waktu peredaran Bulan mengelilingi Bumi, selama: 29 hari, 12 jam, 44
menit, yang dinyatakan satu bulan, dan untuk satu tahunnya adalah 12 bulan.
Disebut satu tahun-candra
Umur tahunnya :354 hari, 48 menit, 36 detik
Ini dipergunakan oleh Kalender Hijriah, Kalender
Caka-Jawa.
3.
TAHUN SURYA-CANDRA ( LUNI – SOLAR SISTEM )
Pola tahun kalender yang berhubungan dengan penggabungan: Tahun – Surya
dengan Tahun-Candra. Umur tahunnya dua macam, Tahun Panjang, berumur 13
bulan-candra, dan tahun Pendek berumur 12 bulan.
Ini dipergunakan oleh kalender Caka, Budha, Imlek.
4.
TAHUN WUKU
Pola
Tahun Kalender Wuku hanya berpedoman dengan daur hari, yang di sebut Wewaran
dan Wuku. Umur Tahun Kalender Wuku adalah 420 hari atau 2 oton (2 kali daur Wara-Wuku)
5.
TAHUN SURYA- CANDRA-WUKU (KALENDER BALI)
Pola tahun kalender yang berpedoman dengan penggabungan : Tahun – Surya –
Tahunn- Candra – dan Wuku, umur tahunnya ada 2 macam. Tahun panjangnya,berumur
13 bulan chandra, dan tahun pendek berumur 12 bulan-candra,sedangkan pola tahun
Wukunya,dipakai dasar untuk penetapan Purnama-Tilem yang dinamakan “Pangalantaka”
ini khusus hanya dipergunakan oleh Kalender Caka Bali.
KALENDER CAKA BALI
Kalender Caka Bali adalah kalender yang diciptakan
di Bali secara khusus dengan menggabungkan dari semua sistem Tahun yaitu Tahun
Surya – Tahun Candra – Tahun Wuku, dengan mengacu pada kegunaan Kalender
tersebut bagi pemakainya. Dalam hal merencanakan suatu hari baik atau dewasa ayu
untuk suatu pelaksanaan kegiatan Odalan/Pujawali disuatu Pura, akan selalu
berpedoman dengan kalender ini.
Berbeda
dengan kalender-kalender lain, kalender Caka Bali ini,belum bisa dipastikan
siapa penciptanya. Namun melihat perkembangannya dan peredarannya Kalender Caka
Bali, maka akan diketemukan Baliau : Bapak I
Gusti Bagus Sugriwa(alm) dan Bapak I
Ketut Bambang Gde Rawi (alm) adalah sebagai perintis Kalender yang diwarisi
sekarang ini.
Telah
ditetapkan pola dasar sistematika Kalender Caka Bali yang berlaku sejak
dahulu,menyangkut unsur Matematisnya,
Sistematikanya dan unsur Geografis penetapan bulan/sasih nya dan tutup tahunnya
amat tepat, serta mengandung unsur unsur religius.
Bagi
mereka yang menguasai ilmunya Kalender
Caka Bali, akan dapat memahami bagaimana sebenarnya kalender caka bali itu
dan dapat pula menemukan keistimewaan- keistimewaan
yang terpendam pada kalender itu. Walaupun memang sulit dalam perhitungan,
namun begitu istimewa dalam pemakaiannya,serta menunjukan ciri khusus, tiada
duanya di dunia ini.
Akan
tetapi bila hanya mengetahui ilmunya membuat kalender tentunya tidak akan bisa
menemukan keistimewaan yang terpendam pada kalender itu.
UNSUR MATEMATIS KALENDER CAKA BALI
Dari unsur matematis akan dapat ditelusuri
bagaimana perhitungan serta matematis yang melandasi kalender caka bali, yang
menyangkut umur hari, umur bulan, serta umur tahunnya.
Kalender
Caka Bali yang menerangkan seluruh pola dasar kalender, yang terdiri dari Tahun
Surya+Tahun Candra+Tahun Wuku, sudah tentunya dasar perhitungannya juga
merangkum kesemuanya itu.
Perhitungan TAHUN Bilangan
tahun kalender caka bali dilandasi oleh kalender caka di india, awal tahunnya
berlaku mulai Tahun 79 Masehi, (selisih 78 Tahun dengan tahun masehi ) tutup tahunnya,
seolah-olah terkait dengan Tahun Caka (bulan maret) umur tahunnya berpedoman
dengan tahun surya candra sehingga terdapat dua macam umur tahun. Tahun panjang
terdiri dari 13 bulan dan tahun pendek 12 bulan.
Perhitungan BULAN
Perhitungan umur bulan (sasih) kalender caka bali secara matematis berpedoman
dengan tahun candra,hanya saja secara kumulatif umur bulannya adalah 29 hari
atau 30 hari karena terkait dengan pola kalender Wuku.
Dalam
penetapan awal bulan berpedoman dengan bulan terbit (penanggal/suklapaksa),
purnama adalah pertengahan bulan. Setelah purnama ditemukan Panglong / Kresnapaksa,
dan akhir bulan adalah Tilem.
Penetapan
Purnama dan Tilem terpolakan pada rumusan Pengalihan Purnama / Tilem yang
disebut Pangalantaka.
Pada
Pangalantaka ini tertata berdasarkan kalender Wuku, secara pasti penetapan hari
Purnama dan hari Tilem menurut wewaran atau wukunya.
Walaupun
banyak Wariga yang memuat tentang pengalihan Purnama – Tilem, sesuai dengan
Pengunalatriannya namun tidak semua Wariga dapat dipakai dasar Pengalihan, dan
itu memerlukan kemampuan pengkajian.
UNSUR SISTEMATIS KALENDER CAKA BALI
1.
PENYISIPAN “ BULAN KE 13” KALENDER CAKA BALI
Unsur sistematis kalender dipengaruhi oleh unsur
matematisnya kalender itu sendiri, disamping pula ada unsur-unsur kesakralan /
religius dalam pemakaian kalender itu. Apabila kalender itu memakai matematis
tahun candra sistematikanya juga mengikuti pola tahun candra, begitu pula bila
matematisnya tahun surya maka sistematikanya juga pola tahun surya.
Sistematika kalender caka bali, menterpadukan
seluruh sistematika kalender karena itulah maka umur tahunnya ada dua macam. Tahun
panjang dengan 13 bulan, dan tahun pendek dengan 12 bulan. Ini bisa terjadi
akibat penggabungan tahun surya candra.
Pada saat tahun panjang yang berumur 13 bulan,
akan diketemukan suatu permasalahan yaitu dalam menetapkan sisipan 1 bulan yang
dikenal dengan istilah : “ Pengerepetingasih “ untuk kalender caka bali atau “Nampih Asih”
untuk kalender Nirayana.
Disinilah letak permasalahan, yang dihadapi bagi
pemakai kalender dengan sistem tahun surya candra seperti : kalender Budha/Imlek
dan kalender caka bali. Bulan keberapa tepatnya yang pas untuk disisipkan /
ditampih.
Kalender caka bali, menempatkan bulannya yang ke 13 dengan nama malamasa, hanya pada dua jenis sasih
yaitu pada sasih Jhista dengan nama MALA-JHISTA,
dan pada sasih Sadha dengan nama MALA-SADHA,
suatu sistematika yang sangat praktis diantara penampih sasih.
Sistematika PENGEREPETING SASIH kalender
caka bali, mengacu pada suatu sumber Wariga yang tercantum dalam PUSTAKA WARIGA berbunyi PEMURWANING SASIH :
Mwah kengetakena ikang mimitaning sasih ring Praptipada ikang Suklapaksa,
Mwah madyaning sasih ana ring Purnama –
Suklapaksa, Mwah panelasaning sasih ana ring Tilem – Kresnapaksa pwaya.
Maka pamurwaning sasih kehanan dening Suklapaksa
lan Kresnapaksa, liur danu lawan segara, esok lawan sore.
Mwah aja
lipia:PENGEREPETING SASIH ngaran MALAMASA
Ana ring JHISTA-SADHI
panemugelangin Daksinayana, Iswayana, Uttarayana, panglanglanging surya.
ARTI
BEBAS
Untuk diingatkan, mulainya suatu sasih adalah
awalnya Suklapaksa.
Dan pertengahan sasih adalah purnama – Suklapaksa serta
berakhirnya sasih adalah Tilem – Kresnapaksa itu.
Keberadaan sasih yang terdiri dari Suklapaksa dan
Kresnapaksa,
Bagaikan danau dan samudra, pagi dan sore
Dan jangan
lalai : PENGEREPETING SASIH dinamakan MALAMASA,
ada pada JHISTA-SADHA, pertemuan putaran
Daksinayana ( ke selatan ), Iswayana ( ke tengah ), Uttarayana ( ke utara ),
peredaran Matahari.
Dari sumber sastra wariga yang tercantum diatas, apabila diperhatikan dan
dijabarkan maka akan terdapat suatu rumusan sistematika yang praktis. Kajian secara
sistematis, menunjukan bahwa penggabungan dua sistem tahun, antara sistem tahun
surya dengan tahun candra dalam periode 19 tahun surya akan terdapat 7 kali
tahun panjang dengan bulan ke 13 nya.
Ini berarti dalam 19 tahun surya akan terdapat 7 kali sasih malamasa. Persoalan
sekarang adalah tolak ukur apa yang dipakai rumusan penempatan malamasa
itu,atau pada tahun-tahun keberapa malamasa itu dicantumkan, dan sasaran apa
yang dicari dalam penentuan rumusan malamasa itu. Disinilah pokok
permasalahannya dalam menentukan penetapan malamasa tersebut.
Oleh penciptanya, dengan ageman “Pamurwaning Wariga” itu telah ditetapkan
bahwa kalender caka bali memiliki rumusan malamasa yang dinamakan “Pengerepeting
Sasih” dengan menetapkan malamasanya pada Sasih Jhista dengan nama “Mala Jhista”
, dan pada sasih sadha dengan nama “Mala Sadha” rumusannya malamasa telah
ditetapkan secara pasti dan praktis.
Langganan:
Postingan (Atom)